Postingan Populer

Senin, 29 April 2019

ESSAY


Retorika Maskapai Berbasis LCC dalam Dunia Transportasi Udara
Oleh, Rima Nur Rohmah_167011033
Pesawat terbang sudah menjadi kebutuhan yang vital dalam dunia transportasi, selain dapat mengefektifkan waktu, moda transportasi udara ini kini hadir dengan harga yang cukup terjangkau yang disebut dengan LCC (Low Cost Carrier). Hadirnya LCC tentu menggiurkan untuk konsumend dengan tarif tiketnya yang dapat dijangakau berbagai kalangan, terlebih lagi dengan berbagai kebijakan yang ditawarkan.
            Low Cost Carrier (LCC) atau dalam Bahasa Indonesia artinya maskapai penerbangan bertarif rendah dengan menghapus beberapa pelayanan kepada penumpang pada umumnya atau dengan kata lain layanan minimalis. Fasilitas yang diberikan sesuai kebutuhan penumpang tanpa mengurangi aspek keamanan.
            Maskapai penerbangan bertarif rendah pertama yang berhasil adalah Pacific Southwest Airlines di Amerika Serikat yang merupakan perintis konsep tersebut ketika penerbangan perdananya pada 6 Mei 1949, yang kemudian mendunia seiring berjalannya waktu dan mendunia seiring berjalannya waktu yang kini popular di kalangan masyarakat Indonesia.
            Masuknya LCC ke Indonesia memberikan suasana baru di persaingan tarif  pada maskapai penerbangan yang semakin konkret, maskapai di Indonesia yang menganut manajemen LCC antara lain Citilink, Lionair, Malindo Air, Air Asia, dan Jetstar Asia yang masing-masing memiliki gaya manajemen pelayanan tersendiri yang akan menjadi pertimbangan penumpang menentukan maskapai yang akan digunakan.
            LCC memberikan tarif murah dengan pelayanan yang minimalis, dengan spesifikasi berikut, yaitu mengurangi penggunaan agen perjalanan, mencetak boarding pass di kertas murah, harga tiket pesawat yang belum termasuk biaya makan dan minum, harga tiket dapat berubah setiap menit, ruang kabin yang sempit dan dibatasi yaitu tujuh kilo gram perorang guna mengoptimalkan kapasitas untuk mengangkut penumpang, ketika terlambat check in tiket hangus dan harus membeli lagi jika ingin tetap terbang yang tentunya harga tiket lebih mahal, permasalahan delay juga tidak terlepas dari maskapai yang menggunakan manajemen LCC ini yang dikarenakan semua pesawat harus beroperasi penuh dan menyisakan sedikit pesawat cadangan. Pesawat LCC juga mengakali untuk tetap menjual tarif dengan harga terjangkau dengan mempekerjakan pegawai dengan double job, seperti pilot yang sekaligus merangkap sebagai cleaning service saat ground handling dan menerapkan outsourching dan karyawan kontrak terhadap SDM (Sumber Daya Manusia) non vital.
            Jauh sebelum adanya LCC, maskapai penerbangan menganut system FSA (Full service airline) yang memberikan layanan penuh. Selain kesenjangan yang mencolok pada tarif tiket , tentu segi pelayanan pun berbeda. Ditinjau dari aspek jarak antar kursi LCC biasanya lebih rapat dibanding FSA dan kapasitas lebih banyak, contohnya pada pesawat Boeing 737-300 LCC dapat menampung penumpang 148 penumpang, sedangkan FSA hanya dapat menampung  128 penumpang. Dari aspek utilisasi pesawat (jumlah jam yang benar-benar telah digunakan oleh pesawat udara untuk melakukan penerbangan) pesawat LCC memiliki utilisasi lebih tinggi dibandingkan dengan pesawat FSA yang tidak dimaksimalkan. Dalam aspek rute, pesawat LCC melayani penerbangan jarak pendek dan menengah dan tidak asda transfer penumpang, sedangkan pesawat FSA hanya melayani penerbangan rute jarak jauh dan biasanya bekerja sama dengan maskapai lain untuk transfer penumpang. Dari segi sarana transportasi udara yang digunakan LCC menggunakan pesawat berbaan sedang yang mampu mendarat di bandara kecil dan biaya yang dikeluarkannya pun lebuh rendah, berbeda dengan maskapai FSA yang bisanya menggunakan pesawat berbadan lebar, sedang, dan kecil, yang hanya dapat mendarat di bandara besar yang tentunya memerlukan biaya lebih tinggi untuk biaya perawatan pesawatnya. Seperti yang diungkapkan Direktur Jendral (Dirjen) Perhubungan Udara Kemenetrian Perhubungan (Kemenhub),
“Terminal LCC itu kan biasanya fasilitasnya minimalis juga sehingga tidak menimbulkan biaya Passenger Service Charge (PSC) yang tinggi dan PSC itu sendiri komponen dari tiket”, Kata Agus Santoso di Kantor AirAsia, Tangerang Selasa 24 Juli 2018.
Beliau juga memastikan adanya terminal dan bandara LCC tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan penumpang, tersirat dalam ungkapan selanjutnya berikut,
“Penerbangan LCC ini walaupun kita tahu murah, tetapi security-nya tetap menjaga keselamatan penumpang ”.
Dari aspek tiket LCC menjual tiket 95% dengan memanfaatkan media internet, sedangkan FSA sebagian besar dijual lewat pihak ketiga, harga tiket LCC dapat jauh lebih murah dibandingkan dengan FSA jika tiket dipesan jauh hari sebelum keberangkatan tiga sampai enam bulan bahkan satu tahun sebelum penerbangan dan memilih penerbangan malam. Ditinjau dari aspek fasilitas dan kenyamanan tentu berbeda pula maskapai LCC terbilang lebih unggul daripada maskapai FSA, terlihat pada maskapai LCC tidak menyediakan fasilitas hiburan dan setiap pemesanan makanan dan minuman dikenakan biaya tambahan diluar biaya untuk tiket, sedangkan dalam maskapai LCC selama penerbangan ditawarkan berbagai fasilitas, dari mulai hiburan sampai makanan dan minuman diberikan secara cuma-cuma atau gratis.
            Hadirnya LCC di Indonesia dengan resolusi meredamnya tarif tiket pesawat yang nyaring bukan berarti tanpa gejolak dan berjalan dengan mulus dalam dunia penerbangan. Salah satunya saat jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 yang termasuk dalam maskapai yang menganut system LCC menjadi perbincangan media dan masyarakat luas, meskipun dalam beberapa kajian terkait kecelakaan tersebut ditemukan beberapa penyebab terjadinya kecelakaan seperti yang dikatakan oleh Robert Francis yang merupakan mantan wakil ketua dewan keselamatan transportasi nasional as mengatakan,
“Penyebab hilangnya AirAsia QZ8501 terjadi karena ada kemungkinan bahwa partikel es berada di ketinggian saat awan badai menyebabkan indikator kecepatan udara tidak berfungsi”.
Beliau menambahkan, “Dalam kasus seperti ini pilot harus menerbangkan pesawat secara manual dan mengandalkan kemampuan dan pengalaman untuk membawa pesawat ke tempat yang lebih aman”.
Meskipun begitu tetap menjadi tuntutan bagi pemerintah untuk merombak sistem transportasi udara secara keseluruhan, mulai dari penambahan pilot yang lebih berpengalaman, menambah tenaga operator lalu lintas yang lebih kompeten untuk mengatur traffic penerbangan, serta meningkatkan control dan pengawasan terhadap lalu lintas udara. Dalam rangka meminimalisir kejadian yang berulang dari musibah ini, pemerintah mengelurkan kebijakan berupa peraturan terkait tarif minimal tiket pesawat yaitu 40% dari tarif batas saat ini. Kebijakan tersebut diharapkan dapat membuat maskapai lebih peduli terhadap aspek keselamatan penumpangnya Karena tak sedikit pula tersebarnya berita-berita mengenai kecurangan dalam sistem LCC ini seperti ‘mengesampingkan safety’. Namun, tidak semua dapat membuktikan pernyataan tersebut karena tidak bisa dipungkiri masyarakat Indonesia masih membutuhkan maskapai dengan sistem LCC ini. Pemerintah juga menghadirkan terminal dan bandara LCC yang menurut penlaian Dirjen Perhubunga Udara Kemenhub keberadaannya akan mampu membuat maskapai memotong biaya operasional hingga 50% dan meningkatkan trafik sebesar dua kali lipat, beliau juga menjamin Bandara LCC akan memperhatiakan tingkat keamanan penumpang. PT Angkasa Pura II telah berkomitmen untuk mengembangkan terminal LCTT di Indonesia dan Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta direncanakan akan menjadi tempat mendaratnya maskapai berbiaya murah. Sistem LCC ini memang dapat menjadi alternatif daalam memilih maskapai yang akan digunakan, selain harga yang terjangkau juga menawarkan fasilitas sesuai kebutuhan penumpang yang tentunya secara tidak langsung sudah disepakati bersama, namun perlu penanaman pemahaman bagi penumpang mengenai maskapai yang akan dipilih, sehingga dapat meminimalisir misskomunikasi antara maskapai dan penumpang yang sering terjadi kala ini. Sebagaimana telah dipaparkan diatas bahwa tidak semua maskapai dengan sistem LCC hanya menarik keuntungan dan mengesampingkan aspek keamanan. Namun, tarif tiket murah diimbangi dengan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan pihak maskapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar