Postingan Populer

Sabtu, 27 April 2019

PUISI


Pelacur Ad libitum
R111999

Mengapa mesti ada kata cinta? Padahal ada cinta yang hadir tanpa kata.
Tidak seperti gelap yang hadir dengan ketiadaan cahaya,
atau tak sama seperti kejahatan yang hadir karena ketiadaannya kebaikan.
Cinta, berdiri di atas sayup – sayup mentari dan senja.
Meski cinta berasa abu - abu, kias.. dan buram.
Tak mengapa kugoreskan sendiri, riuhnya perasaan tak toleran ini.
Rindu tak bertepi, sunyi bersama sepi, dan puisi dalam antalogi.
Sempat kujahit pakaian pelacur yang tanpa sehelai kain, kurajut dengan sutra tanpa benang, dan cinta tanpa siksaan perasaan.
Disepertiga malam kembali kuterbuai dalam pelukan. Dia, yang kuanggap rumah itu lantah dalam pinangan.
Sembari tersedak, aku takut pada semesta yang palak, terbahak pada rasa cemas impian yang cedera, musnah serentak.
Cobalah bercermin wahai Tuan pujaanku, tak lelahkah kau menyulam duri padanya yang kau sebut tambatan cinta ?
Risak, busuk, nan brengsek, panggilan sayang apa yang pantas kunobatkan ?
Aku terlalu mencintaimu dan kehilangan arti kata “cinta”.
Saat Gelap teriknya Petang,
Tasikmalaya, 16 Maret 2019.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar