Pelacur Ad libitum
R111999
Mengapa mesti ada kata cinta? Padahal
ada cinta yang hadir tanpa kata.
Tidak seperti gelap yang hadir dengan
ketiadaan cahaya,
atau tak sama seperti kejahatan yang
hadir karena ketiadaannya kebaikan.
Cinta, berdiri di atas sayup – sayup
mentari dan senja.
Meski cinta berasa abu - abu, kias..
dan buram.
Tak mengapa kugoreskan sendiri,
riuhnya perasaan tak toleran ini.
Rindu tak bertepi, sunyi bersama
sepi, dan puisi dalam antalogi.
Sempat kujahit pakaian pelacur yang
tanpa sehelai kain, kurajut dengan sutra tanpa benang, dan cinta tanpa siksaan
perasaan.
Disepertiga malam kembali kuterbuai
dalam pelukan. Dia, yang kuanggap rumah itu lantah dalam pinangan.
Sembari tersedak, aku takut pada
semesta yang palak, terbahak pada rasa cemas impian yang cedera, musnah
serentak.
Cobalah bercermin wahai Tuan
pujaanku, tak lelahkah kau menyulam duri padanya yang kau sebut tambatan cinta
?
Risak, busuk, nan brengsek, panggilan
sayang apa yang pantas kunobatkan ?
Aku terlalu mencintaimu dan
kehilangan arti kata “cinta”.
Saat Gelap teriknya Petang,
Tasikmalaya, 16 Maret 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar